Wednesday, 2 March 2016

makalah filsafat tentang ontologi



ONTOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Di dalam mempelajari ilmu filsafat tentu kita harus mengetahui sudut yang paling kecil dari ilmu tersebut. Ontologi merupakan salah satu bagian dari ilmu filsafat yang paling umum, kerap juga di sebut metafisika umum.baru setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, filsafat alam dunia, pengetahuan, ketuhanan, moral dan social, dapat di susun suatu uraian ontologi. Maka ontologi sulit di fahami lepas dari bagian – bagian dan bidang – bidang filsafat lainnya, dan adalah bidang filsafat yang paling sukar.

B.     Rumusan Masalah
1.apa pengertian dan hakikat  ontologi ?
2. apa objek material dan  formal ontologi ?
3. ontologi sebagai cabang filsafat tersendiri ?
4. apa saja aliran – aliran dalam ontologi ?


C.    Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui maksud dari ontologi
2. Untuk mengetahui objek dari ontology
3. Untuk  mengetahui aliran – aliran ontology






BAB II
PEMBAHASAN



A.    DEFINISI ONTOLOGI
            Ontologi merupakan salah satu kajian dari filsafat yang paling kuno dan berasal dari yunani. Ontologi sendiri membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkrit.tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis terkenal seperti aristoteles. Aristoteles sendiri berpusat pada to on hei on yang artinya pengada sekadar pengada ( a being as being ) kata yunani on merupakan bentuk netral dari o on, dengan bentuk genetifnya ontos. Kata itu adalah bentuk partisipatif dari kata kerja einai (ada atau mengada ),jadi berarti :yang ada atau pengada.ontologi juga di sebut sebagai teori hakikat atau tentang keadaan  (realitas )
            Jadi kesimpulannya secara sederhana ontologi bisa di artikan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat,realitas atau  kennyataan konkrit secara kritis.

B.     Objek Material Dan Objek Formal 0ntologi

1. Objek material

            Menurut hal- hal yang di selidiki, di kembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia, binatang, tumbuhan, atom dan sebagainya, mereka di bedakan menurut objek material atupun menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Maka layaklah bahwa objek material itu bisa di sebut sebagai pengetahuan yang begitu umum yang serentak meliputi dan membicarakan segala galanya yang ada. ilmu pengetahuan sedemikian itu akan bersifat paling ekstensif dan akan merangkum segala objek ( material ) pennyelidikan ilmiah mana saja.
            Jadi semua yang meliputi tentang hakikat keberadaan sesuatu yang umum di sebut sebagai objek material ontologi.

2. Objek formal
            Menurut aspek – aspek yang di selidiki ,objek – objek material dapat di khususkan , missal manusia dapat di pandang secara fisik , psikis , dan sebagainaya. Mereka di bedakan menurut objek formal ataupun menurut kepadatannya yaitu menurut aspek intensitas. Maka layaklah bahwa objek formal adalah ilmu pengetahuan yang pembahasannya begitu padat dan mendalam.
            Jadi semua yang meliputi tentang hakikat,keberadaan sesuatu yang mendalam atau khusus di sebut sebagai objek formal ontologi.

C.    Ontologi Sebagai Cabang Filsafat Tersendiri

            Ontologi sebagai bagian filsafat yang terkenal sekarang tidak sekali tidak langsung menjadi filsafat tersendiri. Baru pelan – pelan berkembang lebih lengkap , mendapat otonomi sebagai bagian dan di bedakan dari soal ketuhanan.

1. Dari bagian integral sampai ke onto teologi
            Aristoteles menyebutkan bahwa ontologi dan teologi adalah filsafat pertama . namun pada pernyataan aristoteles tersebut uraian pendekatan yang baru itu masih kurang lengkap. Pada waktu abad pertengahan tidak di susun suatu metafisika sistematis tersendiri” semua unsure filosofis hanya di kemukakan dalam hubungan dengan teologi kristiani bahkan juga komentar – komentar mengenai karya aristoteles tidak terlepas dari nasib yang demikian. Baru pada abad ke 13 mulai ada pengarang yang berusaha menyusun system metafisika tersendiri, yang terlepas dari teologi kristiani mereka juga berusaha membetulkan sistematika aristoteles yang kurang . dan pada akhirnya tahun 1597 frnsisco suares dalam bukunya disputationsmethaphysikae berhasil menyusun traktak sistematis dengan urutan sendiri.
2. Lepas dari teologi kristiani
            Untuk pertama kalinya francis bacon menempatkan bahan ontologi di muka semua ilmu pengetahuan lainnya. Pada tahun 1681 du hamel memberikan nama khusus bagi bagian - bagian pertama metafisika, yaitu ontological, namun tanpa memisahkannya dari teologi. Akhirnya pada abad 18 cristian wolff membedakan antara antropologi, kosmologi dan teologi.

3. Hubungan dengan teologi filosofis
            Pembagian wolff (di atas ) berlangsung hamper sampai pada zaman sekarang, namun masih banyak orang yang berpendapat bahwa ontology dan teologi filosofis tidak dapat di pisahkan, karena merupakan satu metafisika umum.

D.    Aliran – aliran dalam ontologi
a). Aliran Monoisme
            Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran .
1). Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Aliran pemikiran ini  dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam.
2).  Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.  Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati. Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.

b). Aliran Dualisme

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).

c). Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.

d). Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.



e). Aliran Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan aentre (akan atau sedang).Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.










BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Kata ontologi berasal dari bahasa yunani : ontos  : being yang berarti ada atau pengada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat,realitas atau  kennyataan konkrit secara kritis. Objek material ontologi yaitu semua yang meliputi tentang hakikat keberadaan sesuatu yang umum. Sedangkan objek formal ontology yaitu semua yang meliputi hakikat keberadaan yang khusus. Ada lima aliran di dalam ontology yaitu moisme, dualisme, pluralisme, nihilism dan agnostisisme.


DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Anton Bakker. 1992 . Ontologi atau Metafisika Umum . Yogyakarta. Kanisius
Prof. Dr. Ahmad Tafsir. 2000 .Filsafat Umum. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya  

0 comments:

Post a Comment

Komentar