ONTOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di
dalam mempelajari ilmu filsafat tentu kita harus mengetahui sudut yang paling
kecil dari ilmu tersebut. Ontologi merupakan salah satu bagian dari ilmu
filsafat yang paling umum, kerap juga di sebut metafisika umum.baru setelah
menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia,
filsafat alam dunia, pengetahuan, ketuhanan, moral dan social, dapat di susun
suatu uraian ontologi. Maka ontologi sulit di fahami lepas dari bagian – bagian
dan bidang – bidang filsafat lainnya, dan adalah bidang filsafat yang paling
sukar.
B.
Rumusan
Masalah
1.apa
pengertian dan hakikat ontologi ?
2.
apa objek material dan formal ontologi ?
3.
ontologi sebagai cabang filsafat tersendiri ?
4.
apa saja aliran – aliran dalam ontologi ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Untuk mengetahui maksud dari ontologi
2.
Untuk mengetahui objek dari ontology
3.
Untuk mengetahui aliran – aliran
ontology
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
ONTOLOGI
Ontologi
merupakan salah satu kajian dari filsafat yang paling kuno dan berasal dari
yunani. Ontologi sendiri membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkrit.tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis terkenal
seperti aristoteles. Aristoteles
sendiri berpusat pada to on hei on
yang artinya pengada sekadar pengada ( a being as being ) kata yunani on merupakan bentuk netral dari o on, dengan bentuk genetifnya ontos. Kata itu adalah bentuk
partisipatif dari kata kerja einai (ada
atau mengada ),jadi berarti :yang ada atau pengada.ontologi juga di sebut
sebagai teori hakikat atau tentang keadaan
(realitas )
Jadi
kesimpulannya secara sederhana ontologi bisa di artikan sebagai ilmu yang
mempelajari hakikat,realitas atau
kennyataan konkrit secara kritis.
B.
Objek
Material Dan Objek Formal 0ntologi
1.
Objek material
Menurut
hal- hal yang di selidiki, di kembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia,
binatang, tumbuhan, atom dan sebagainya, mereka di bedakan menurut objek
material atupun menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Maka
layaklah bahwa objek material itu bisa di sebut sebagai pengetahuan yang begitu
umum yang serentak meliputi dan membicarakan segala galanya yang ada. ilmu pengetahuan
sedemikian itu akan bersifat paling ekstensif dan akan merangkum segala objek (
material ) pennyelidikan ilmiah mana saja.
Jadi
semua yang meliputi tentang hakikat keberadaan sesuatu yang umum di sebut
sebagai objek material ontologi.
2.
Objek formal
Menurut
aspek – aspek yang di selidiki ,objek – objek material dapat di khususkan ,
missal manusia dapat di pandang secara fisik , psikis , dan sebagainaya. Mereka
di bedakan menurut objek formal ataupun menurut kepadatannya yaitu menurut
aspek intensitas. Maka layaklah bahwa objek formal adalah ilmu pengetahuan yang
pembahasannya begitu padat dan mendalam.
Jadi
semua yang meliputi tentang hakikat,keberadaan sesuatu yang mendalam atau
khusus di sebut sebagai objek formal ontologi.
C.
Ontologi
Sebagai Cabang Filsafat Tersendiri
Ontologi
sebagai bagian filsafat yang terkenal sekarang tidak sekali tidak langsung
menjadi filsafat tersendiri. Baru pelan – pelan berkembang lebih lengkap ,
mendapat otonomi sebagai bagian dan di bedakan dari soal ketuhanan.
1.
Dari bagian integral sampai ke onto teologi
Aristoteles
menyebutkan bahwa ontologi dan teologi adalah filsafat pertama . namun pada pernyataan
aristoteles tersebut uraian
pendekatan yang baru itu masih kurang lengkap. Pada waktu abad pertengahan
tidak di susun suatu metafisika sistematis tersendiri” semua unsure filosofis
hanya di kemukakan dalam hubungan dengan teologi kristiani bahkan juga komentar
– komentar mengenai karya aristoteles tidak terlepas dari nasib yang demikian.
Baru pada abad ke 13 mulai ada pengarang yang berusaha menyusun system
metafisika tersendiri, yang terlepas dari teologi kristiani mereka juga
berusaha membetulkan sistematika aristoteles yang kurang . dan pada akhirnya
tahun 1597 frnsisco suares dalam bukunya disputationsmethaphysikae
berhasil menyusun traktak sistematis dengan urutan sendiri.
2.
Lepas dari teologi kristiani
Untuk
pertama kalinya francis bacon menempatkan bahan ontologi di muka semua ilmu
pengetahuan lainnya. Pada tahun 1681 du hamel memberikan nama khusus bagi
bagian - bagian pertama metafisika, yaitu ontological, namun tanpa
memisahkannya dari teologi. Akhirnya pada abad 18 cristian wolff membedakan
antara antropologi, kosmologi dan teologi.
3.
Hubungan dengan teologi filosofis
Pembagian
wolff (di atas ) berlangsung hamper sampai pada zaman sekarang, namun masih
banyak orang yang berpendapat bahwa ontology dan teologi filosofis tidak dapat
di pisahkan, karena merupakan satu metafisika umum.
D.
Aliran
– aliran dalam ontologi
a). Aliran Monoisme
Aliran
ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri
sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan
menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf yang bisa
dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan
kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block
Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran .
1). Materialisme
Aliran
ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran
ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati
merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Aliran pemikiran
ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia
berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan.
Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan
alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM)
berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya,
tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal
kejadian alam.
2). Idealisme
Idealisme
diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran
ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak
tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik.
Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan
bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik
akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati. Dalam
perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan
teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu
konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi
hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
b). Aliran Dualisme
Aliran
ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan
spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri,
sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam
ini. Tokoh
paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani)
dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la
Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam
bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito
Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes,
ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz
(1646-1716 M).
c). Aliran Pluralisme
Aliran
ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya
nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak
unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa
substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah,
air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910
M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum,
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.
d).
Aliran Nihilisme
Nihilisme
berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah
nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin
tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada
pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.
Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu
ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain
aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia
terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi
diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.
e).
Aliran Agnostisisme
Paham
ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik
hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa
Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not,
gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya
orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dapat kita temui dalam
filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855
M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum,
tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat
dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin
Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah
manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh
lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia
selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada),
melainkan aentre (akan atau sedang).Jadi, agnostisisme adalah paham
pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda,
baik materi maupun ruhani.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kata
ontologi berasal dari bahasa yunani :
ontos : being yang berarti ada atau
pengada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat,realitas
atau kennyataan konkrit secara kritis.
Objek material ontologi yaitu semua yang meliputi tentang hakikat keberadaan
sesuatu yang umum. Sedangkan objek formal ontology yaitu semua yang meliputi
hakikat keberadaan yang khusus. Ada lima aliran di dalam ontology yaitu moisme,
dualisme, pluralisme, nihilism dan agnostisisme.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar
A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Anton
Bakker. 1992 . Ontologi atau Metafisika Umum . Yogyakarta. Kanisius
Prof.
Dr. Ahmad Tafsir. 2000 .Filsafat Umum. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
0 comments:
Post a Comment