Friday, 15 July 2016

Pentingnya Jati Diri Bagi Remaja


PENTINGNYA JATI DIRI BAGI REMAJA
            Berbicara mengenai remaja memang sangat unik, bukan  hanya remaja merupakan sosok unik ketika menjalani fase perubahan fisik namun juga dari perubahan non fisik yang penuh gejolak, potensi dan kedinamisan. Remaja laki-laki dengan mengalami perubahan suara, adanya jakun, atau mulai tumbuhnya payudara pada perempuan menunjukan adanya perubahan fisik. Sedangkan perubahan non fisik yakni meliputi kelabilan emosi, perkembangan jiwa, dan pembentukan karakter yang sering ditemui dari berbagai gejala perilakunya. Fase seperti ini dikenal oleh para pakar psikologi dengan proses pencarian jati diri dan pemahaman diri.
            Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, selain itu masa remaja juga merupakan masa yang sangat menarik untuk di perhatikan karena pada masa ini remaja di hadapkan oleh berbagai masalah dan tantangan, baik masalah yang berasal dari dalam perkembangan dirinya maupun masalah dengan lingkungannya.
            Fase remaja adalah fase transisi dari fase anak-anak menuju dewasa. Fase remaja adalah fase dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya. Definisi dari jati diri itu adalah suatu pengetahuan tentang siapa diri kita ini. Sedangkan sebagian orang berpendapat bahwa arti jati diri adalah suatu manifestasi ideologi hidup seseorang. Jati diri sendiri merupakan bagian dari sifat seseorang yang muncul dengan sendirinya mulai dari kecil, kemudian sifat bawaan kadang juga terpengaruh dengan faktor lingkungan tempat seseorang hidup dan dibesarkan.
            Status masa remaja dalam kisaran umur 17-25 tahun merupakan status yang memerlukan pembinaan dan pemupukan jati diri, sebagai wahana untuk menumbuhkan nilai, persepsi, dan sikap yang positif serta produktif dalam menjalani lintasan kehidupan selanjutnya. Bagi sebagian besar remaja, selama mengalami status ini dinamika kehidupan modernitas telah mewarnai mereka dengan gaya hidup, atribut kelompok yang menjadi panutan, dan perilaku konsumsi produk atau jasa yang menjadi produk ekspresi diri.
            Kita tentu sudah tidak asing mendengar istilah seorang anak yang sedang mencari jati diri, hal ini sering terungkap karena dalam proses pembentukan karakter yang sebenarnya pada diri seseorang adalah pada masa pancaroba, yaitu masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Proses mencari jati diri diperoleh dengan berbagai cara, seperti timbulnya rasa ingin tahu, mengumpulkan informasi,,melakukan eksperimen, penyimpulan dan sampai pada puncaknya pembentukan karakater.
Selama masa remaja ini berlangsung, di kalangan remaja akan muncul banyak masalah yang mengincar kehidupan para remaja. Permasalahan remaja itu tergolong permasalahan yang paling kompleks di dunia. Mulai dari masalah pacar, masalah sekolah, masalah pergaulan, masalah penampilan dan lain sebagainya. Namun, permasalahan tersebut sebenarnya adalah sebuah proses pencarian jati diri yang nantinya bakal menjadi sebuah sebab dari kedewasaan. Pada masa pencarian jati diri, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan identitas dirinya.
             Pada fase remaja ini pula, emosional masih labil dan ego cenderung dikedepankan. “Pengennya yang enak-enak aja, soal nyesel entar bisa belakangan” sehingga remaja cenderung tidak peka terhadap lingkungan. dengan keadaan emosional remaja yang masih labil dan belum memiliki pendirian yang kokoh dalam proses pencarian jati dirinya, pengaruh lingkungan yang kurang kondusif dapat membuat remaja treombang-ambing dan bahkan dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan lani-lainnya yang menyangkut kenakalan remaja.
            Saat ini, banyak sekali para remaja yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang mewarnai mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah kebenaran mereka masing-masing. Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami benuk jati diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat didalamnya.
            Krisis jati diri ini seringkali di sebabkan oleh angapan remaja yang merasa hidup yang mereka jalani di batasi oleh aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang.
            Krisis jati diri selain di sebabkan oleh anggapan remaja yang menganggap bahwa hidupnya di atur juga dapat di sebabkan pula oleh keinginan mereka untuk mengejar penghargaan dari lingkungan, Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang, itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
            Selain itu pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan mereka juga menjadi penyebab krisis jati diri paling krusial dan sangat sulit untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.
            Melihat peristiwa dalam kurun waktu setahun ini, di setiap sudut media massa, baik cetak maupun online hampir tidak pernah lepas dari topik kenakalan remaja mulai dari tawuran, free sex, hingga kasus tabrakan maut oleh anak  seorang public pigure atau artis. Melalui kasus-kasus tersebut dapat ditelusuri akar permasalahannya secara fundamental, apakah hanya bagian dari pencarian jati diri yang tak terarah, ataukah bentuk dari sensasi semata. Setidaknya dengan cara seperti itu publik akan menyorot nama mereka, dan akan berkembang opini masyarakat mengakui keberadaan remaja itu sendiri.
            Banyak orang yang tidak mengenal jati diri sendiri, sehingga membuat mereka sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang patut dan tidak patut untuk dilakukan oleh mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Alasan inilah yang membuat kita perlu mengetahui bagaimana cara menemukan jati diri sendiri, sehingga kita tidak mudah untuk terpengaruh dengan orang lain disekitar kita.
            Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini yaitu : yang pertama adalah belajar atau menuntut ilmu, merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengarungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki.
            Yang kedua yaitu berfikir, ilmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
            Yang ketiga yaitu mempertebal keimanan kita, dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam semesta dan menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang, maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki pelindung.
            Yang keempat yaitu berbuat baik, berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana disinggung dalam Al Qur’an bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan penyempurnaan berbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu serta iman. Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Dengan meningkatkan dasar iman, kiranya dapat menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi berbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.
            Remaja selaku generasi muda penerus bangsa sangat penting untuk mengetahui jati dirinya jati diri ini penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa. Rasa memiliki kebangsaan yang terpatri dikalangan remaja akan menumbuhkan persepsi dan sikap berbangsa yang tangguh atas pentingya menjunjung martabat keberadaan bangsanya sendiri dihadapkan pada atmosfir globalisasi yang diwarnai dengan persaingan antar bangsa di dunia, yang merambah tanpa sekat. Kepekaan dan kewaspadaan atas potensi infiltrasi budaya dan perilaku yang dapat merusak jati diri bangsa, melemahkan daya saing bangsa, dan bahkan cenderung mengeksploitasi sumber daya bangsa, harus dapat dipahami oleh remaja.
            Remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai akibat mengikuti arus gaya hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus dapat digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan  masa depan bangsa yang lebih baik.
                Remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan gagasan untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat di lingkungannya. Kepekaan sosial merupakan elemen jati diri yang penting untuk dibina dan dikembangkan bagi remaja, bahkan sepatutnya kepekaan sosial ini harus diasah dan ditumbuhkan sejak dini, dalam membentuk tatanan hidup bermasyarakat dan berbangsa yang bermartabat.
            Masa pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting. Untuk itu peran orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa ini dengan membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam.
            Peran orangtua bisa dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan mengenali bakat serta potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali temperamen dan kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari bakat yang dimilikinya, menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa cita-cita. Orangtua bisa membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus memberi nilai-nilai kehidupan (living values) yang positif.
            Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai, pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang disekitarnya.
            Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orangtua hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan akan dikembangkan.
            Remaja bukanlah “macan sirkus” yang harus digurui, disalahkan lantas dicambuk. Bukan pula rerumput yang hanya  dibiarkan menjalar begitu saja tanpa guna. Mereka ingin dirangkul, dibimbing dan diperhatikan dengan segenap intuisi  dan intelektualisasi. Dengan demikian proses pencarian jati diri remaja akan terarah, sehingga besar peluang tercipta karakter remaja yang tidak hanya mengandalakan pola pikir tetapi juga berakhlakul karimah.
            Jati diri remaja adalah hal penting untuk dibangun, karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan rasa percaya diri itu faktor penting untuk membangun masa depan yang gemilang.
            Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk itu peran orang tua sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang baik. Pemahaman yang diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak akan membantu anak mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta menghadapi tantangan kehidupan berupa tantangan karier dan lain sebagainya. Selain itu, orangtua harus berperan sebagai pendukung (supporter) dan pemberi motivasi (motivator).



DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Ali Shomadi.Mengenal Diri. Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2000



0 comments:

Post a Comment

Komentar